Al-I'tiraaf
Sebuah Pengakuan
Mungkin sebagian dari kita sudah sangat familiar dengan nasyid ini. Tapi, tahukah kita darimana nasyid ini berasal? Siapa pengarangnya?
Tersebutlah kisah seorang Sahabat yg baru kembali dari medan perang. Saat berada di pintu rumahnya, secara tidak sengaja tiba-tiba nampak olehnya betis seorang perempuan. Perempuan itu adalah istri sahabatnya yg ketika itu sedang bertamu di rumahnya. Seketika itu juga ia melompat keluar dari pintu dan berlari meninggalkan rumahnya, menuju tempat yg sepi, selama bertahun-tahun, untuk bertaubat kepada Allah SWT atas ketidaksengajaannya. Rintihan taubatnya itulah yg sekarang sering kita dengar dalam lagu Al-I'tiraf.
Tersebutlah kisah seorang Sahabat yg baru kembali dari medan perang. Saat berada di pintu rumahnya, secara tidak sengaja tiba-tiba nampak olehnya betis seorang perempuan. Perempuan itu adalah istri sahabatnya yg ketika itu sedang bertamu di rumahnya. Seketika itu juga ia melompat keluar dari pintu dan berlari meninggalkan rumahnya, menuju tempat yg sepi, selama bertahun-tahun, untuk bertaubat kepada Allah SWT atas ketidaksengajaannya. Rintihan taubatnya itulah yg sekarang sering kita dengar dalam lagu Al-I'tiraf.
Original Arabic Lyrics (by Abu Nawas from Baghdad) |
---|
(Al-I'tiraaf) Ilaahii lastu lil firdausi ahlaan wa laa aqwaa 'alaa naaril jahiimi Fa hablii taubatan waghfir zunuubii fa innaka ghaafirudzdzambil 'azhiimi Dzunuubii mitslu a'daadir rimaali fa hablii taubatan yaa dzaaljalaali Wa 'umrii naaqishun fii kulli yaumi wa dzambii zaa-idun kaifah timaali Ilaahii 'abdukal 'aashii ataaka muqirran bidzdzunuubi wa qad da'aaka Fa in taghfir fa anta lidzaaka ahlun wa in tathrud faman narjuu siwaaka |
Terjemahan Indonesia |
---|
Sebuah Pengakuan Tuhanku... aku tidak layak memasuki syurga FirdausDan aku pun tak mampu menahan siksa api Neraka Terimalah taubatku dan ampunilah dosa-dosaku Sesungguhnya Engkaulah Pengampun dosa-dosa besar Dosa-dosaku amatlah banyak bagai butiran pasir Terimalah taubatku, wahai Yang Maha Agung Umurku berkurang setiap hari, sedang dosa-dosaku terus bertambah Bagaimana aku sanggup menanggungnya? Tuhanku... hamba-Mu yg durhaka ini datang bersimpuh menghadap-Mu Mengakui dosa-dosa dan menyeru memohon kepada-Mu Bila Kau mengampuni, Engkaulah Sang Pemilik Ampunan Bila Kau campakkan aku, kepada siapa aku mesti berharap selain dari-Mu? |
Begitu bertaqwanya Sahabat ini. Begitu takutnya ia kepada Allah atas kesilapannya, walaupun tak sengaja. Ia menyesal, mengapa sampai terjadi perkara yg hina itu padanya? Tentu ada maksud Allah. Mungkin ini sebagai hukuman Allah karena iapun masih suka berbuat begitu, oleh sebab itu Allah pertemukan perkara itu dengannya. Perasaan itu membuat ia begitu takut dan malu dengan Allah, sehingga ia menghukum dirinya sendiri dan tidak mau pulang ke rumahnya selagi dirinya belum bisa menjadi manusia yg baik, sebaik yg Allah kehendaki.
Sahabat yg mulia ini, adalah seorang tokoh yg di Indonesia terkenal dengan cerita-ceritanya yg lucu. Namun sebenarnya ia adalah seorang pujangga, penyair besar di zaman Abbasiyah. Dialah Abu Nawas.
Nama aslinya adalah Al Hasan bin Hani al-Hakami, hidup di tahun 757 — 814 H. Oleh Raja Harun ar-Rasyid, raja yg memerintah di masa itu, ia diangkat sebagai penyair kepercayaan raja. Ia sangat dikagumi dan dikenal karena kepiawaiannya mengungkapkan kegemaran dan kesenangannya pada anggur dengan kalimat-kalimat yg indah. Abu Nawas pada mulanya adalah seorang yg hedonis, namun pada tahun-tahun terakhir kehidupannya ia bertaubat. Syair I'tiraf ini merupakan salah satu syair taubatnya yg paling termasyhur di Nusantara.
Sahabat yg mulia ini, adalah seorang tokoh yg di Indonesia terkenal dengan cerita-ceritanya yg lucu. Namun sebenarnya ia adalah seorang pujangga, penyair besar di zaman Abbasiyah. Dialah Abu Nawas.
Nama aslinya adalah Al Hasan bin Hani al-Hakami, hidup di tahun 757 — 814 H. Oleh Raja Harun ar-Rasyid, raja yg memerintah di masa itu, ia diangkat sebagai penyair kepercayaan raja. Ia sangat dikagumi dan dikenal karena kepiawaiannya mengungkapkan kegemaran dan kesenangannya pada anggur dengan kalimat-kalimat yg indah. Abu Nawas pada mulanya adalah seorang yg hedonis, namun pada tahun-tahun terakhir kehidupannya ia bertaubat. Syair I'tiraf ini merupakan salah satu syair taubatnya yg paling termasyhur di Nusantara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar